Perjalanan Hidup
Seperti yang sudah anda ketahui,
saya tinggal di sebuah Negara kepualauan terbesar yaitu Indonesia ,
Negara yang terletak di Asia Tenggara..
Indonesia
adalah Negara yang indah, kaya akan kekayaan alam dan populasi penduduk
termasuk besar…. Sebagai Negara berkembang, di Indonesia masih banyak dijumpai
kesenjangan sosial, jarak antara orang kaya dan orang miskin terlalu jauh.
Beruntung dalam Perbedaan
pendidikan, budaya, dan suku maupun agama masih banyak di jumpai
ketentraman,kenyamanan dan keamanan pada umumnya.
Di Indonesia, lebih tepatnya di Jogjakarta
saya hidup dan dibesarkan, sebuah kota
dengan kekayaan alam serta Kebudayaan yang masih sangat dihormati
masyarakatnya. Sebuah Propinsi yang dipimpin seorang Gubernur dan Juga seorang
Raja…
Beruntung saya Hidup dari
keluarga yang berbahagia, lahir dan dibesarkan di pusat kota
Jogjakarta oleh seorang ayah yang
bekerja di sebuah department dan seorang ibu yang menjalankan usaha di bidang
makanan..saya kecil dengan 4 orang saudara lainnya.
Sangat beruntung seorang Trijoko
kecil tumbuh dan berkembang dengan pendidikan yang cukup….tidak semua anak
kecil seberuntung saya.
Saat ini Seorang istri dengan dua
orang anak , laki-laki dan perempuan yang manis-manis, menemani keseharian
saya. Hidup dan tinggal di daerah Kasongan. Daerah Industri Gerabah. Karena rutinitas
melihat seputar perjalanan hidup masyarakat pedesaan dan kehidupan pengrajin
serta petani saya tertarik untuk mencoba mengumpulkan beberapa perjalanan hidup
para pengrajin dan petani, kita tidak melihat foto-foto bukan sebagai obyek
untuk di ratapi tetapi kita bisa belajar dari semangat hidup dan perjuangan
dalam melakukan pekerjaannya. Sebuah pembelajaran yang bias diterapkan dalam
kehidup kita.
“KASONGAN”
sebuah desa yang tidak jauh dari
pusat kota Jogjakarta .
daerah pusat kerajinan Gerabah, yang juga sebagai tempat Pariwisata. Masyarakatnya sebagian besar turun temurun berprofesi sebagai pengrajin…tetapi tidak sedikit yang menjadi soarang pengusaha kerajinan yang besar yang bisa menampung banyak tenaga kerja. dalam perjalanan ini saya mengkisahkan perjalanan hidup masyarakat yang lebih tradisional dan hidup dengan kesederhanaannya.
Dalam Beberapa generasi dengan turun temurun keluarga pengrajin mewariskan keahliannya kepada anak dan cucunya.....
foto ini menceritakan proses pembakaran gerabah secara tradisional dengan mempergunakan jerami.
Selain sebagai seorang pengrajin,, masyarakat Kasongan
keseharian aktifitasnya sebagi petani. Pekerjaan turun temurun dari nenek
moyang, di sini seorang petani tidak mempunyai lahan pertanian yang luas,
kebanyakan lahan kurang lebih sekitar
1000m2…. Hasil pertanian yang sudah dirasa cukup untuk menghidupi
keluarganya.
1. Suasana Keseharian
Saat ini tanah
liat di daerah Kasongan sudah sangat sedikit, jadi untuk mendapatkan bahan,
para pengrajin untuk mendapatkannya dengan cara membeli dai daerah lain.
Dalam foto ini
terlihat seorang pengrajin sedang mengangkut tanah liat dengan sepedanya.
Keluarga Pengrajin hidup sederhana dan keceriaan, faktor pendidikan tetap menjadi tujuan utama dalam keluarga sederhana tersebut. suasana pagi disaat anak-anak berangkat sekolah menjadikan suasana dan keadaan yang sangat menentramkan hati.
2 . Pembuatan Gerabah
Dalam foto ini terlihat seorang Nenek. Walaupun sudah
berusia lanjut tetapi setiap hari masih mengerjakan pekerjaan membuat gerabah,
dengan tekun dan telaten dia menyelesaikan pekerjaannya. Dalam sehari bisa dibuat 10 buah gerabah siap untuk dibakar.
Dalam Beberapa generasi dengan turun temurun keluarga pengrajin mewariskan keahliannya kepada anak dan cucunya.....
- aneka
macam kerajinan
baik laki-laki maupun perempuan melakukan aktifitasnya
sebagai pengrajin.
Aneka macam kerajinan baik yang tradisional semacam kendil (tempat untuk memuat Gudeg) makanan khas Jogjakarta dari bahan buah nangka yang masih muda lebih tepatnya disebut "GORI", anglo, wuwung (hiasan untuk atap rumah) dan lain-lain, yang lebih modern bisa berupa Guci, vas bunga, pot bunga, maupun patung-patung hiasan, dan lain sebagainya
4. Pembakaran gerabah
Proses pembakaran gerabah
dilakukan baik tradidional maupun modern…
Pembakaran tradisoinal
mempergunakan kayu dan juga jerami. labih modern bisa mempergunakan Oven.
Dalam melakukan pembakaran
biasanya dilakukan dalam waktu 3 jam dan
di lakukan oleh semua keluarga di Bantu tetangga.. yang berlaku bergiliran istilahnya Gotongroyong dan "sambatan" sebuah tradisi yang hidup saling tolong menolong dalam melakukan aktifitas pekerjaan sehari-hari antar warga desa tanpa imbalan. yang mungkin di kota besar tidak berlaku lagi, karena semua dinilai dengan uang.
Jerami sisa hasil Panen bagi Masyarakat KASONGAN sangat berguna sekali.... sebagai bahan bakar untuk pembakaran gerabah.... kayu dipergunakan untuk proses pembakaran keramik yang kualitas nya lebih bagus dan jenis-jenis keramik modern lainnya
Jerami hasil panen saat ini masih banyak dijumpai pengangkutannya dengan mempergunakan sepeda. belum banyak yang mempergunakan kendaraan modern, karena situasi jalan dipersawahan yang tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan modern.
tidak jarang hasil panen proses pengangkuatannya oleh wanita-wanita tua dengan di panggul di atas punggungnya.....foto diatas menggambarkan keperkasaan dua orang wanita tua yang pulang mengangkut hasil panennya dengan cara dipanggul di punggungnya
dalam foto ini saya mencoba ngambil dengan cara backlight serta sudut pandang rendah, untuk membuat suasana lebih terkesan perkasa dengan pekerjaannya walaupun tidak dengan cara ini sudah akan kelihatan perkasa. cahaya yang memancar dan sudut pandang yang rendah semoga akan lebih menampilkan keperkasaannya
Hasil dari pembakaran gerabah setelah tiga jam akan terlihat kemerahan.
proses pejualan dan pengangkutannya pun untuk masyarakat tradisional masih mempergunakan sepeda sebagai andalan. terlihat dalam foto ini seorang ibu mengangkut hasil gerabahnya dengan mempergunakan sepeda. selain mengurangi polusi udara di pekotaan juga kesehatannya lebih terjaga dengan mempergunakan sepeda... terbukti dengan hidup kesehariannya yang terasa ringan dan bersahaja tanpa di takuti rasa sakit.
dalam foto ini saya mencoba ngambil dengan cara backlight serta sudut pandang rendah, untuk membuat suasana lebih terkesan perkasa dengan pekerjaannya walaupun tidak dengan cara ini sudah akan kelihatan perkasa. cahaya yang memancar dan sudut pandang yang rendah semoga akan lebih menampilkan keperkasaannya
Hasil dari pembakaran gerabah setelah tiga jam akan terlihat kemerahan.
proses pejualan dan pengangkutannya pun untuk masyarakat tradisional masih mempergunakan sepeda sebagai andalan. terlihat dalam foto ini seorang ibu mengangkut hasil gerabahnya dengan mempergunakan sepeda. selain mengurangi polusi udara di pekotaan juga kesehatannya lebih terjaga dengan mempergunakan sepeda... terbukti dengan hidup kesehariannya yang terasa ringan dan bersahaja tanpa di takuti rasa sakit.
selanjutnya dengan tulisan dan foto-foto ini bisa menggambarkan perjuangan dan keperkasaan para pengrajin di desa Kasongan yang ramah lingkungan dan hidup dengan kesederhanaannya.....
kita tidak bisa memaksa untuk merubah gaya hidup mereka atau cara mereka membakar, mengolah, mengangkut serta memperjual belikannya.....
kita patut berbangga, dan hormat dengan kesahajaannya....
salam terbaik
3 joko
jika ingin mengetahui lebih dengan foto-foto saya juga bagaimana saya melakukan edit di photoshop, bisa di buka
http://rumah-j.blogspot.com/
kita tidak bisa memaksa untuk merubah gaya hidup mereka atau cara mereka membakar, mengolah, mengangkut serta memperjual belikannya.....
kita patut berbangga, dan hormat dengan kesahajaannya....
salam terbaik
3 joko
jika ingin mengetahui lebih dengan foto-foto saya juga bagaimana saya melakukan edit di photoshop, bisa di buka
http://rumah-j.blogspot.com/
menarik sekali foto2nya dengan setting kasongan membuat langkah ingin berkunjung ke sana, artistik
ReplyDeleteMonggo silahkan berkunjung ke kasongan...
ReplyDelete